Para pembaca yang budiman, betapa pun tinggi tingkat ketakwaan seseorang, ia bukanlah malaikat yang tidak pernah bermaksiat kepada Rabbnya. Manusia tetaplah manusia, di mana perjalanannya menuju akherat terkadang mendapatkan sandungan hingga kakinya terporosok ke dalam lubang kemaksiatan. Akan tetapi orang yang telah membulatkan tekadnya untuk bisa sampai ke taman-taman surga dan melihat Rabbnya, ia akan segera bangkit dan mengangkat kakinya agar dapat melanjutkan perjalanan ke tempat yang dinanti. Ia juga tidak akan membiarkan luka yang membekas di kakinya, namun dengan segera ia akan mengobatinya dengan taubat dan amal shalih. Mereka inilah yang Allah puji di dalam Al Qur’an yang artinya, “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan pebuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.” (Ali ‘Imran: 135)
Tidak Meremehkan Dosa
Dosa adalah noktah hitam yang mengotori hati. Hati adalah ibarat sebuah kaca, ia tak dapat digunakan untuk melihat dan membedakan benda di depannya, manakala permukaannya telah tertutupi oleh noktah-noktah hitam. Begitulah hati, manakala dosa-dosa semakin banyak dan menutupinya, maka hatipun tidak bisa lagi untuk membedakan mana jalan Allah dan mana jalan setan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sekali-kali (tidak demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al Muthaffifin: 14).
Orang-orang yang beriman serta mencintai Allah dan Rasul-Nya, tatkala terjatuh ke dalam dosa, hatinya terasa berat dan sakit bagai tersayat-sayat pisau yang bergerigi. Mereka begitu menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya. Mereka tidaklah melihat kecilnya dosa yang telah dilakukan, akan tetapi mereka melihat siapakah Dzat yang telah ia maksiati. Oleh karena itu, mereka segera menghinakan dirinya di hadapan Rabbnya dan memohon ampun kepada-Nya. Mereka begitu yakin bahwa kematian akan menjemput mereka kemudian akan dibangkitkan dari kuburnya dan akan berdiri di hadapan Rabbnya untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Lalu alasan apakah yang akan disampaikan kepada Dzat yang menguasai hari pembalasan atas dosa yang telah dilakukannya? Mereka begitu takut tentang gambaran siksa neraka yang telah diberitakan oleh Nabi mereka, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya seringan-ringan siksaan bagi penduduk neraka pada hari kiamat ialah seorang laki-laki yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya.” (HR. Bukhori dan Muslim). Lalu alasan apalagi yang membuat seseorang meremehkan dosa-dosa?
Bangga dalam Kubangan Kemaksiatan
Tatkala seseorang terbiasa melakukan dosa dan hatinya telah tertutupi oleh karat kemaksiatan, ia pun tidak lagi merasa risih terhadap pandangan dan gunjingan orang atas kemaksiatannya. Dia bahkan merasa bangga atas perbuatan kemaksiatannya dan dengan PD nya ia akan berkata, “Wahai fulan, aku telah berbuat begini dan begini!.” Manusia macam inilah yang tidak diampuni dosanya dan menjadi sempitlah jalan taubat atas dirinya sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap umatku akan dimaafkan kecuali bagi orang yang terang-terangan melakukan dosa.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Allah Gembira Melihat Hamba-Nya yang Bertaubat
Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bahwa kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya jauh melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Oleh karena itu, seseorang yang terkadang dikalahkan oleh hawa nafsunya hingga terjatuh dalam perbuatan kemaksiatan, janganlah hal itu membuatnya berputus asa dari rahmat Allah. Hendaklah ia segera bangkit dan bertaubat kepada Allah atas dosa-dosanya karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada waktu siang. Dan Allah membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada waktu malam hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim). Janganlah ia menuruti bisikan syetan bahwa dirinya adalah makluk yang sudah terlalu kotor dan terlalu banyak dosa hingga tidaklah mungkin Allah menerima taubatnya, akan tetapi hendaklah ia mengingat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian ketika menemukan kembali ontanya yang hilang di padang yang luas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing kita dan menjadikan amalan-amalan kita sesuai dengan yang Dia ridhoi. [Ibnu Sutopo]
[http://buletin.muslim.or.id]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
siLahkan tinggaLkan komenTaR anda di siNi